Konspirasi Alam Semesta, sebuah tiga kata yang unik. Pertama kali kudengar sebagai judul lagu yang ternyata juga merupakan sebuah judul karya buku. Buku itu sendiri menceritakan bagaimana pertemuan manusia-manusia yang terjadi selalu tak terduga.

Menurutku, pertemuan bukan saja hanya tentang manusia dengan manusia. Tetapi juga tentang manusia dengan nama, manusia dengan peristiwa, manusia dengan karya, bahkan manusia dengan mimpinya sendiri. Semua itu terangkai menjadi sebuah kehidupan yang tidak terduga. Kadang kita sadar, kadang juga tidak.

Kini, setiap sinar bulan menembus awan di atasku, aku tidak bisa berhenti memikirkan kejadian di alam semestaku. Semua terasa sengaja dipertemukan oleh yang Mengatur. Terlebih apa yang saja terjadi akhir-akhir ini

~~

Mari kita mulai dengan sebuah pertemuan manusia dengan karya satu setengah tahun lalu. Seorang Fayed yang gemar mengeksplorasi internet berujung di video Wonderful Natuna oleh Giri Prasetyo. Menonton untuk pertama kalinya, hati ini tergunggah, dan diri ini terinspirasi. Saat itu juga aku mulai menonton karya-karya Giri Prasetyo lainnya. Videonya benar-benar membangkitkan rasa cintaku terhadap Indonesia. Tak lama setelah itu, aku dipertemukan dengan sebuah publikasi. Ada pendaftaran ekspedisi ke Kepulauan Natuna oleh YouCan! Aku yang sudah berkhayal untuk mengunjungi Natuna ini langsung dijatuhkan di saat mendengar kabar bahwa diriku tidak lolos seleksi wawancara. Padahal aku sudah merelakan untuk tidak daftar KKN Tematik karena merasa yakin akan lolos.

November tahun lalu, aku dipertemukan orang-orang hebat di acara Teknologi untuk Indonesia 2017, salah satunya adalah Isma. Dia mengajakku untuk mengikuti Ekspedisi Nusantara Jaya ke pulau-pulau kecil di selatan Kalimantan. Setelah gagal mewujudkan untuk ikut YouCan Kepulauan Natuna dan KKN Tematik ITB, tak disangka-sangka akhirnya aku bersama dua puluh lima mahasiswa ITB lainnya berhasil berangkat ke gugusan pulau di tengah laut Jawa itu.

Pasca kepulanganku dari sana, aku dipertemukan dengan sebuah pemikiran. Pemikiran untuk menyebarkan cerita perjalananku lewat tulisan dan media ke lingkaran pertemananku. Dimaksudkan untuk menebar inspirasi dan rasa cinta Indonesia ke yang lain. Tak disangka-sangka semua menyambutnya dengan baik.

Agustus sudah setengah habis, kuliahpun mulai masuk. Aku bangun kesiangan, aku salah liat jadwal, aku salah masuk kelas. Peristiwa yang berantakan sekali di minggu pertama kuliah. Menyesal sendiri di kosan, bermain laptop sebagai pelampiasan. Tapi lagi, aku dipertemukan sebuah video baru karya Giri Prasetyo, namanya Rumah Indonesia. Sebuah video tentang kebersamaan dalam keberagaman di daerah perbatasan Timor.

Sentak mata ini berkaca-kaca, dada ini mulai berdetak lebih kencang. Aku semakin cinta kepada negeri ini, aku semakin ingin berbuat lebih kepada negeri ini. “Mimpiku adalah menjadi dia, aku ingin menjadi inspirator!”, dalam hatiku. “Bagaimana mungkin sebuah video bisa mempengaruhi mimpi seseorang?” tanya heran kepada diriku sendiri.

Hal ini membuat pemikiran mentah kemarin mulai mengusik untuk dikembangkan. Sebuah keinginan untuk menebar rasa dan asa ini tiba-tiba meluas. Kali ini, aku harus menebar inspirasi lebih hebat. Di pagi yang seharusnya aku kuliah, ternyata tercetus sebuah keinginan untuk membentuk 1000 pemuda inspirator. Inspirator yang juga semangat untuk membentuk 1000 pemuda inspirator lainnya. Layaknya diriku yang terinspirasi mas Giri.

Keinginan itu sempat tertidur lelap sejenak. Namun, si Pemimpi Tapi Tidur ini tiba-tiba dibangunkan lagi.

Saat itulah pengumuman pendaftaran Diseminasi Khusus Aku Masuk ITB 2018 dibuka. Keinginanku yang lama itu bangun dan menuntut untuk diwujudkan. Banyak surat pribadi yang kutulis akan kekhawatiran nanti jika ku daftar, banyak pula corat-coret semangatku yang selalu mendorong. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk daftar dan Alhamdulillah berhasil lolos menjadi bagian dari dua belas ekspeditor DK AMI 2018.

Singkat cerita saat proses penyeleksian ekspeditor ini, aku banyak ditugaskan untuk mencari informasi tentang Provinsi Maluku. Wawasan kecilku akan daerah tersebut membuatku sangat berharap bisa pergi kesana. Namun selanjutnya, ada yang mulai menampakkan diri.

~~

Untuk kesekian kalinya, Semesta hadir. Memberikan cerita yang tak terduga, menampakkan alur cerita yang awalnya tersembunyi, dan menampar semua prasangka buruk yang terjadi di masa lalu.

Destinasi daerah tim ekspeditor diberitakan. Tidak seperti yang kuduga sebelumnya, aku bersama timku ditunjuk ke Nias, Sumatera Utara. Sementara tim lainnya pergi ke Sula, Maluku Utara dan Belu, Nusa Tenggara Timur.

Tahukah kamu apa hubungannya ketiga daerah itu kepadaku?

Ketiganya adalah daerah yang benar-benar aku ingin kunjungi. Pertama Sula, kepulauan yang aku harapkan karena masih rekat dengan maluku . Kedua adalah Nias, daerah yang kukagumi karena budaya kesatria perangnya. Aku mulai menyukai Nias setelah melihat video Ancient Tribe of Nias dan guess what, pembuat videonya adalah mas Giri! Lalu ketiga adalah Belu, dan ternyata daerah itu adalah daerah yang selama ini menjadi aktor tempat video inspirasi terbesarku; Rumah Indonesia oleh mas Giri juga.

Aku penasaran, apakah panitia diklat menentukan daerah-daerah itu karena abis menonton videonya mas Giri? Ternyata jawabannya tidak. Daerah tersebut dipilih menjadi tempat ekspedisi karena semata-mata paling cocok setelah di analisis.

Benar-benar tak habis pikir. Ini adalah sebuah konspirasi! Konspirasi Alam Semesta!!!

~~

Sebuah videografer inspiratif yang membentukku seperti ini. Kini, demi 1000 inspirator yang juga semangat untuk membentuk 1000 inspirator lainnya, Aku semakin yakin juga bisa menjadi inspirator layaknya mas Giri. Karena karyanya mengatakan “matahari yang membangunkanku adalah matahari yang juga membangunkanmu , angin yang menggerakanku adalah angin yang juga menggerakanmu, dan semangat yang menguatkanku adalah semangat yang juga menguatkanmu. Karena kita sedang berada di rumahku. Di rumahku yang mengikatkan sebuah persaudaraan. Di rumahku yang juga merupakan rumahmu. Di rumah kita, Indonesia.”

 

Bandung, 26 November

 

Fayed, Pemimpi Tapi Tidur