Tiga bolam remang melayang di atasku sambil angin menghembus lembut di sekitar kaki. Serta suara rintik air dari atap bekas hujan tadi sore yang terus mengusik. Duduk, meminum teh hangat sembari membaca buku novel pinjaman dan sesekali membalas pesan orang tua. Hari itu adalah hari yang kuspesialkan untuk menenangkan diri. Hari terakhir dari kesibukan yang luar biasa. Akan berbagai pekerjaan dan pikiran tiada hentinya mengobrak-abrik kehidupan damaiku.

~~

Dua minggu lalu, di pagi yang dingin mencekik dan sore yang selalu basah, aku telah bertemu dengan berbagai orang baru yang luar biasa hebatnya. Mulai dari yang datang tiba-tiba karena keinginan membentuk sebuah tim lomba bisnis. Lalu ada orang-orang Kementrian Komunikasi Strategis KM ITB yang tiada hentinya membuatku kagum akan kreatifitasnya. Hingga teman-teman di Diklat Diseminasi Khusus AMI 2018 yang luar biasanya semangat dalam mewujudkan sesuatu yang telah diimpikan sejak mereka meninggalkan tanah kampung halaman; mengajak teman-temannya untuk berkuliah.

Mengenal orang-orang baru dengan ras, ideologi, dan ketertarikan yang berbeda-beda adalah sesuatu yang sangat menarik. Bagaimana tidak, di tiap ucapan mereka, kita akan belajar insight baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Pertemanan ini juga mengajarkanku bahwa seharusnya kita bersyukur memiliki orang Indonesia yang berbeda-beda. Perbedaan seharusnya membawakan kesempurnaan, karena dengan berbeda kita akan dapat saling melengkapi dan mengajari. Mungkin itu adalah salah satu keunggulan dari kampus gajah, ITB. Mahasiswanya berasal dari semua Indonesia.

Lanjut ke hari-hari berikutnya, di mana aku lebih sibuk memikirkan tugas diklat daripada tugas kuliah. Tiap pagi otak sudah dibenturkan dengan pemikiran bagaimana cara mengerjakan tugasnya. Tiap siang handphone ini harus sibuk menghubungi teman-teman kelompok diklat untuk berkumpul. Tiap malam kita harus membuat pemikiran, membuat analisis, sebesar-besarnya, dan sekreatif-kreatifnya. Tidak tanggung-tanggung, hampir tiap hari kami selesaikan kumpul kelompok pada jam 2 pagi.

Di penghujung diklat, dengan bangganya kelompok 2, Ainun, Bagoes, Haura, Adit, Rais, dan aku, mempresentasikan hasil rancangan operasional perjalanan ke Pulau Seram serta mensimulasikan cara kita menyulut semangat berpeguruan tinggi pelajar sana.

“Yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil”

Kalimat itu benar adanya, kami sukses! Alhamdulillah, aku memiliki teman kelompok yang rela berjuang dan pusing bersama hingga tugas terakhir.

~~

Pergantian bulan ini juga terjadi hal membanggakan. Waktu itu Tim Ekspedisi Nusantara Jaya ITB diundang untuk mengisi pameran hasil perjalanan ke massa kampus. Dengan waktu yang mepet, kita satu tim tak habis pikir bagaimana seharusnya. Ditunjuklah dua penanggung jawab; Fadli dan Sonny. Penunjukkan itu bukan hasil musyawarah tim, itu hasil keinginanku dan empat orang yang kebetulan sedang berkumpul.

Siapa sangka, tim ENJ ITB memang sehebat itu. Semuanya sigap dan membantu banyak dalam persiapan pameran ini. Aku yang kebetulan sedang terseo-seo dalam hidup  juga mencoba membantu dengan menyumbangkan Frambozen kesayanganku. Kondisi dipersulit karena aku juga harus membantu teman-teman Skhole yang akan membuat pameran di acara yang sama. Pikiranku mungkin saja dibagi dua, tapi mana mungkin bisa untuk tubuhku ini. Akhirnya aku lebih banyak membantu konsepsi dan desain stand Skhole dengan Manik, yang kebetulan merupakan penanggung jawabnya, di hari-hari sebelum pameran. Sedangkan ENJ hanya bisa kubantu dengan publikasinya karena banyak kerjaan yang sudah terurusi oleh yang lain.

Mungkin, darah tidak sempat mengalir lama ke penjuru otakku karena keburu habis akibat otak yang panas tak terkendali.

Well, di hari H, semuanya sangat membanggakan. Skhole sukses, ENJ sukses. Stand Skhole dengan meriahnya bewarna-warni dengan latar warna abu-abu. Sedangkan ENJ hadir dengan sentuhan warna coklat, putih, dan kuning. Kebetulan pak Suhendar, perwakilan dari Kemenkoan Kemaritiman Indonesia juga hadir untuk mengunjungi pameran ENJ ITB.  Hari itu juga jadi ajang reuni kecil-kecilan untuk tim ENJ ITB 2017. Walau sayangnya, aku cuman bisa hadir di pagi-pagi sekali dan sore-sore sekali.

~~

Satu hal belum selesai, berjibun hal baru muncul bertaburan. Sebelum dari semua diklat DK, pameran, tugas-tugas kuliah, sebenarnya ada keinginan besar pasca ekspedisi ke Pulau Marabatuan, yaitu membuat buku ekspedisi. Buku ini ditargetkan selesai sejak dulu tapi ternyata membuat buku itu tidak mudah. Sama halnya dengan memasak, membuat buku membutuhkan berbagai alat, bahan, cara, dan sentuhan khusus. Dan sialnya, kami tidak pernah mengerti cara membuat masakan sebelumnya.

Paksaan berkumpul dilakukan. Tim buku ENJ harus dibuat semendadak mungkin karena kita sudah terlalu lama ngaret. Karena sejak awal ini ide dan semangatku, akhirnya aku pula lah yang dijadikan pimpinan redaksi (oleh diri sendiri). Kumpul dari sore hingga akhirnya pada malam, Ainun datang menjemput untuk kerja kelompok Diklat DK lagi. Begitu saja terus rutinitas hidup. Monoton sekali pikirku.

~~

Tubuh dan mata ini selalu merengek kelelahan. Tapi di dalam hati dan pikiran, aku sangat bahagia dan puas. Aku merasa berhasil menemani tiap detikan jam tanganku dengan sesuatu yang tidak sia-sia.

Hadirnya orang-orang yang luar biasa di sekitarku juga terus menjaga api di tubuh ini untuk terus membara. Bekerja bersama mereka, sebagai tim, dan sebagai orang yang sangat menikmati proses pekerjaan adalah sebuah kenikmatan tersendiri.

Sebenarnya itu hanyalah kemarin, dan sesungguhnya masih ada hari di keesokannya. Aku tahu kepuasan tidak akan bertahan lama dan kebahagiaan dunia adalah sesuatu yang fana. Tubuh, pikiran, dan perasaan ini harus benar-benar bekerja ekstra dan ikhlas akan segala sesuatu kedepannya.

Semoga Yang Maha Kuat selalu menguatkanku.

 

Bandung, 5 November 2017