Lembaran-lembaran tahun 2017 telah mengisi banyak cerita kehidupan yang awalnya biasa aja. Mendorong pribadi untuk terus menjadi yang lebih baik. Mengingatkan kesalahan walau tanpa pengoreksian. Sampai lembaran buku ini ditutup, dan siap dibuka dengan buku baru.

~~

Lembaran baru masih polos putih menyilaukan layaknya langit yang menyala terang. Kata pertama yang mungkin akan tertulis adalah “perpisahan”.

Hari pertama Januari, saatnya penugasan yang sesungguhnya dimulai. Satu tim, Tim Sula, siap berangkat. Perpisahan tak terhindarkan. Melihat empat teman kami yang telah menjadi sosok sangat dekat dua bulan terakhir harus melangkahkan kaki dengan gagah ke pintu gerbang stasiun bukanlah sesuatu yang mudah.

Tiga hari selanjutnya, 4 Januari 2018, adalah giliran timku, Tim Nias, untuk pergi meninggalkan Bandung. Juga meninggalkan teman-teman seperjuangan. Teman yang telah ada saat sulit maupun senang. Teman yang telah mengajarkan banyak pelajaran. Teman yang siap menemani sampai detik terakhir keberangkatan, menemani dengan sebuah kehadiran ataupun sekedar titipan cokelat bersurat yang ditulis dari hati. Juga dengan teman-teman dari tim Belu yang akan berangkat esok dini hari.

Terus melangkah, berusaha tetap tegar, yakin bahwa gerbong kereta di depan mata akan membawaku ke perjalanan yang penuh cerita dan hikmah.

Perpisahan…

Wajah ini seharusnya malu karena telah berbohong. Telah menutupi raut kesedihan dengan senyuman. Tapi apa boleh buat, aku harus ikhlas. Ini adalah sebuah konsekuensi dari sebuah pertemuan.

~~

Mentari Nias akan terwujud. Aku sudah rela berpisah sejenak dengan banyak orang. Malah dari sinilah sebuah pertemuan baru akan tercipta. Pertemuan yang semoga bisa membawa pemikiran baru yang baik. Pertemuan yang bisa terus menginspirasi diri. Pertemuan yang bisa saling memberi kebermanfaatan dan juga pertemuan yang akan mewarnai seri cerita ini.

bismillahirohmanirohim

 

 Bandung, 4 Januari 2018

 

Fayed, Pemimpi Tapi Tidur