Tulisan singkat ini ada karena celetukan manusia-manusia namun tetiba jadi bahan renungan malam hari saya. Terkhususnya ucapan yang bertemakan doa.
~~
Di sebuah ruangan yang hektik sibuk, saya punya lawan bicara laki-laki yang tak berumur jauh dari saya. Setelah beberapa menit saling bercerita, saya pun bertanya kepadanya, “Tapi pekerjaan sekarang tidak bikin lupa kesehatan atau ibadah kan?” laki-laki ini pun menjawab, “Ya iya, Saya kerja mah tidak boleh terlalu sibuk, saya harus tetap punya waktu untuk mendoakan anak-anak saya.”
Jawabannya klise dan biasa aja, tapi setelah dipikir-pikir kok jadi luar biasa. Dia ingin tetap punya waktu mendoakan anak-anaknya. Padahal laki-laki ini masih muda dan belum punya anak sama sekali!
Cara berpikir dia sudah sangat visioner, mendoakan sesuatu di masa depan yang belum tentu akan ada, tapi sekalinya ada kelak akan memberikan banyak manfaat kepada dirinya dia juga. Saya pun jadi teringat ke doa salah satu Rasul dalam Islam yang memang meminta anak, cucu, keturunannya sebagai orang yang sholeh dan melaksanakan sholat. Saat doa itu akhirnya terkabul maka kita dapat membayangkan betapa deras aliran pahala yang didapatkannya.
Kalimat teman saya ini pun jadi memacu renungan ke kalimat lainnya, “Jangan terlalu bangga, keberhasilanmu mungkin bukan karena usaha kamu saja. Tapi bisa juga karena doa orang tuamu, atau doa kakek-nenekmu, atau doa orang lain yang tidak pernah kamu sangka.”
Betul juga, di balik tercapainya keinginan, mungkin saja itu hasil dari terkabulnya orang tua saya di masa lalu atau bahkan doa anak saya di masa depan. Bisa juga dari doa orang yang pernah dibantu oleh Ayah saya, lalu orang tersebut mendoakan keluarga saya keseluruhan. Atau mungkin karena calon istri saya yang kerap mendoakan saya supaya selalu dibimbing di masa bujangnya. Eh, mungkin saja kan?
Bicara tentang calon istri, saya jadi teringat pembenaran yang sempat viral di internet, kalimatnya seperti ini “kadang suka mikir, gila jodoh gue kenceng banget doanya sampe gak ada sama sekali yang ngedeketin gue.” Ini kalimat absurd banget sih. Gak jadi dibahas deh.
Lalu karena calon istri identik dengan nikah, ada kalimat nasihat bagus juga dari seseorang “teman kalian yang akhirnya sudah menikah pasti ada saja lika-likunya, tolong deh tetap doakan mereka.”
Jujur, semakin kesini, setelah melihat pengalaman kolega kerja yang sudah berkeluarga dan berketurunan, saya suka khawatir sendiri kalau ada teman saya yang tidak berhasil melewati cobaan pernikahan mudanya. Tidak bisa dipungkiri, bahagianya pasangan di media sosial tidak selamanya mencerminkan kehidupan pasangan aslinya. Pasti ada saja cerita-cerita sedihnya. Tapi sedewasanya pasangan, pasti tidak akan menceritakan masalah keluarganya keluar, apalagi ke teman-temannya yang masih hobi bocorin rahasia. Kalau sudah seperti ini, mereka sedikit terpaksa untuk menyelesaikan masalah sendiri. Dan itu bisa saja menjadi problematika baru lagi.
Maka saya pun teringat kembali nasihat guru saya “Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk orang maka cukup dengan berdoa untuk kebaikan orang tersebut.” Ya lagi-lagi senjata ini lagi yang keluar menjadi jawaban. Sering-sering selipkan doa untuk mereka ceunah, di setiap sholat dan usahakan untuk dirutinkan. Lebih bagus kalau bisa mendoakan keturunan mereka juga kelak. Agar kita ikutan juga menjadi orang yang visioner. Juga agar bisa menjadi orang yang bersyukur di masa depan karena betapa beruntungnya kita yang sering saling mendoakan.
~~
Memang di masa sulit seperti ini, sudah sepantasnya kita saling gotong-royong membantu. Tidak hanya dengan materi atau usaha, tapi juga dengan sebuah kalimat doa.