Kebon Bibit adalah daerah permukiman di dekat dengan jalan layang Pasopati yang ternyata mendapatkan pengaruh buruk dari pembangunan jalan layang tersebut. Pembangunan itu menyebabkan masalah sosial, salah satunya seperti munculnya gelandangan yang tidak mau meninggalkan rumah lamanya. Daerah di bawah jembatan layang Pasopati selanjutnya diisi oleh lapangan skate board, tempat parkir, pedagang kaki lima, taman dan lain-lain. Realita tersebut menyebabkan beberapa nilai buruk masuk ke dalam diri anak. Pada kenyataannya, ditemukan anak-anak yang tau merk-merk rokok dan alkohol, memainkan permainan sebelum masuk umurnya, berteman dengan orang-orang yang kurang baik yang selanjutnya menyebabkan cedera watak dan sikap anak-anak.

Beberapa orangtua dengan kondisi keuangan keluarga yang tidak terlalu baik ternyata harus mengorbankan waktu berharganya dengan anak-anaknya untuk bekerja sampai malam hari. Hal tersebut menyebabkan rendahnya fungsi kontrol dari orangtua untuk menjaga anak-anaknya agar tidak menyimpang ditambah kurangnya nilai yang diturunkan kepada anak-anak dalam pembentukan menjadi manusia yang seutuhnya.

Dalam lingkungan lembaga Pendidikan, tidak sedikit sekolah formal yang tidak sempurna dalam mendidik anak didiknya, terutama di aspek pengetahuan dan keterampilannya. Hal ini menyebabkan rendahnya kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan mereka di masa depan.

Ketidaksempurnaan pendidikan yang dilakukan oleh pihak keluarga, lembaga pendidikan, dan masyarakat Kebon Bibit menyebabkan krisis moralitas, pengetahuan, serta keterampilan.

Lalu bagaimana solusinya?

Melihat kondisi yang ada di daerah Kebon Bibit, Skhole-ITB Mengajar mencoba membantu dengan membuat Rumah Belajar Kebon Bibit. Skhole memanfaatkan Masjid Jihadul Wasilah RW 04 dan lapangan umum yang ada di lingkungan sekitar dan mengajak adik-adik dari PAUD hingga kelas 5 SD di sana untuk belajar dan bermain bersama setiap sabtu sore.

Tidak seperti mengajar di sekolah, Skhole memiliki kurikulum sendiri hasil modifikasi kurikulum sekolah. Kurikulum ini dibuat sedemikian rupa berdasarkan kondisi adik dan semoga si adik merasa lebih senang dan tertarik. Lalu Skhole juga mengajak adik-adik Kebon Bibit untuk berkreasi seperti membuat batik celup, memainkan tanah liat, membuat kerajinan dari bahan bekas, membuat cat seni, dll.

Kakak-kakak Skhole juga berusaha untuk mencontohkan akhlak yang bagus dan menerapkan peraturan kelas untuk membiasakan adik-adik Kebon Bibit berperilaku baik seperti tidak boleh berkata kasar, menghargai teman, dan menghormati orang yang lebih tua. Tidak lupa juga dilakukan pendekatan kepada orang tua si adik untuk mengetahui insight orang Kebon Bibit dan mengecek perkembangan si adik.

Terlibatnya kakak-kakak Skhole diharapkan dapat memperbaiki sifat adik-adik yang tidak baik, meningkatkan pengetahuan akademik dan wawasan dunia luar, serta meningkatkan kemampuan adik-adik Kebon Bibit dalam pembuatan suatu kreasi.

Tapi Apa seharusnya Skhole bergerak sendirian? Jawabannya tidak. Kebon Bibit itu tanggung jawab siapa? Jawabannya adalah kita semua, termasuk Mahasiswa, yang ditanggungkan harapan besar oleh masyarakat Indonesia dan kerap dianggap sebagai putra—putri terbaik bangsa penentu nasib bangsa ini.

Skhole-ITB Mengajar adalah nol jika tanpa anggotanya. Skhole-ITB Mengajar akan sia-sia jika tanpa mahasiswa ITB. Skhole harus melakukan kolaborasi dengan mahasiswa ITB. Sebagaimana peran mahasiswa sebagai Agent of Change (agen perubahan) dan Moral Force (penjaga nilai moral), seharusnya kita bisa membentuk lingkungan masyarakat yang baik termasuk Kebon Bibit secara bersama-sama. Karena keberagaman keahlian yang dimiliki mahasiwa ITB menjadi hal yang tidak boleh diabaikan.

Dalam rangka melakukan kolaborasi, Skhole-ITB Mengajar membuat program bernama Berbagi Inspirasi. Program ini melibatkan lembaga kampus ITB seperti himpunan mahasiswa jurusan dan unit kemahasiswaan yang mau memberikan wawasan keilmuan dan keprofesiannya di Rumah Belajar Kebon Bibit. Dengan adanya program ini diharapkan wawasan adik-adik Kebon Bibit dapat menjadi lebih luas serta menggerakan mahasiswa-mahasiswa ITB untuk lebih peduli lingkungan sekitar.

Memulai dari yang kecil, lalu menjadi tumbuh besar seksama. Memberikan dampak baik, dan membiarkannya itu tertular luas. Menerangkan mimpi mereka dan mengajak mereka terbang setinggi-tingginya agar berani melihat dunia lebih luas. Marilah Satukan energi, belajar, dan menginspirasi!

Bandung, 22 November 2017

 

Pemimpi Tapi Tidur