Bekerja! Bekerja! Bekerja! Tenaga semua sudah bersatu. Mesin pabrik berputar terus. Palu godam suara gemuruh. Semua bekerja giat gembira. Tenaga pekerja teguh bersatu. Gugur hancur kaum sekutu.
Bekerja! Bekerja! Bekerja! Tiada satu bertopang dagu. Di tengah sawah penuh berlumpur. Tani membajak mengayun cangkul. Semua petani giat gembira. Tenaga pekerja teguh bersatu. Gugur hancur kaum sekutu.
Bekerja! Bekerja! Bekerja! Tiada satu duduk termenung. Kaum nelayan melayar laut. Melawan badai ombak gemuruh. Semua nelayan giat gembira. Tenaga pekerja teguh bersatu. Gugur hancur kaum sekutu.
~~
1943–Saat Indonesia akhirnya disinari Matahari. Sudah sangat lama, Pemimpin negeri itu menghilang. Kini ada yang hadir kembali untuk menjadi Pelindungnya. Para Raja Jawa menyambut setengah gembira. Tanah yang telah digemburkan rakyatnya kini mempunyai harapan. Hasil buminya bisa dinikmati bersama, setidaknya untuk beberapa saat. Sang Proklamator muda juga sedang duduk di sofanya. Lalu segera berdiri ketika pedang Sang Kaisar berjalan lambat memasuki ruangannya. Para Raja dan Sang Proklamator mulai menerima apa adanya.
1944–Saat Indonesia akhirnya mengalami Gerhana. Baru saja, Penjajah negeri itu menghilang. Kini ada yang hadir untuk kembali menjadi Penyiksanya. Para Raja Jawa menyambut tidak gembira. Tanah yang telah digemburkan rakyatnya kini menjadi tak bernilai. Hasil buminya susah dinikmati sendiri, setidaknya untuk waktu yang lama. Sang Proklamator muda juga sedang berdiri di mimbar. Lalu segera turun ketika pedang Sang Kaisar berjalan lambat memasuki lapangannya. Para Raja dan Sang Proklamator masih menerima apa adanya.
1945–Saat Indonesia akhirnya mengalami Purnama. Walau rasanya, Perjuangan merdeka itu menghilang . Tapi kini ada yang hadir untuk kembali menjadi Penerusnya. Para Raja Jawa menyambut sangat gembira. Tanah yang telah digemburkannya rakyatnya kini menjadi milik sendiri. Hasil buminya sudah dinikmati sendiri, setidaknya untuk anak dan keluarga. Sang Proklamator muda juga sudah berdiri di depan hadirin. Lalu segera berbicara ketika pedang Sang Kaisar terhunus kedirinya sendiri. Para Raja dan Sang Proklamator tidak lagi menerima apa adanya.
Karena si kulit kuning hanya akan berumur jagung.