“Mintalah sesuatu kepada-Ku,” begitu Kau berkata suatu ketika. Aku tertawa dan berkata: “Aku telah cukup bersama-Mu. Tanpa kehadiran-Mu, seluruh dunia ini hanyalah sebatang kayu yang mengapung dan terombang-ambing di samudera-Mu.”

Rumi pun terlihat tertawa saat membaca seruan-Nya.

Sedang manusia yang menulis ini justru malah menagih-nagih janji-Nya. Menggerutu tak sabar tanpa rasa malu. Tapi tidak, tidak sampai dia akhirnya menyadari kembali hakikat kehidupan dan kematian. Sempat dia lupa atas cerita guru jauhnya, Iskandar orang memanggilnya, yang tak segan menjamu kedatangan tamunya. Sang guru mengajarkan agar menjaga hati tetap hijau. Yang dari hijaunya itu, tak perlu ada rasa gusar dalam menjalani kehidupan.

Bayangkan! kata dia. Saat waktu kembali telah tiba. Semuapun tak bisa lagi ditunda. Di depan muka, malaikat telah ada. Hanya untuk menjemput hamba pilihan-Nya.

Mimpkan! Lanjut dia. Saat dibukanya luas tempat berjalan. Di padanya bunga mulai dihamburkan. Ucapan salam saling bersautan. Hanya untuk menyambut hamba kesayangan-Nya.

Jadi buat apa gusar. Kesulitan hanyalah sebuah ujian, kemudahan pun tak lain hanyalah tantangan. Berbahagialah dan maka nikmatilah.