Rasanya langsung berubah 180 derajat, setelah menghubungi teman-teman lama. Waktu itu saya lagi penasaran saja dengan ungkapan bahwa ‘banyak silaturrahmi meluaskan rezeki dan memperpanjang umur’. Ternyata memang sangat terasa demikian. Rezeki langsung datang saat itu juga, tapi bukan dalam bentuk uang, melainkan dalam perasaan senang dan tenang. Tentu yang dalam bentuk uangnya juga cepat atau lambat pasti tiba. Kalau dari silaturrahmi itu dihasilkan karya-karya berharga.
Cara semua itu simpel, buka kontak teman-teman lama, lalu beri salam, tanya kabar, dan kepoin sekarang lagi sibuk apa. Jangan lupa terus tunjukkan rasa penasaran akan dirinya. Pasti respon mereka rerata akan sama “ada apa Yed? Kok tiba-tiba banget ngehubungi?”. Wajar demikian, justru dari rasa saling penasaran itu akan terbentuk komunikasi yang bikin ngangenin. Bahasan-bahasan nostalgia mungkin terungkit. Rencana masa depan bisa tak jadi berkulit. Bahkan candaan “Wah ada apa nihh tiba-tiba ngecall, mau nyebar undangan ya?” pasti juga ada.
Sebulan dari momen itu semua. Saya juga mulai memikirkan sesuatu, kenapa semakin kesini lingkaran pertemanan semakin mengecil? Terutama yang benar-benar layak untuk diceritakan hal-hal luar biasa. Jawabannya mungkin karena semakin tersaring siapa yang memang mendukung di saat sedih dan mengingatkan di saat bahagia. Saya juga semakin penasaran, kenapa sekarang tempat cerita hal-hal rahasia sudah bukan di lingkaran pertemanan yang besar dan dekat lagi? Mungkin karena sudah terbukti cerita ke teman yang di satu lingkaran adalah hal yang bodoh. Bagaimanapun dijaga rahasia itu, pasti bocor juga. Beda cerita kalau yang dijadikan tempat cerita adalah yang tidak mengenal siapa-siapa yang dijadikan objek rahasia. Mereka akan bisa lebih fokus ke memberi masukan daripada harus memikirkan bagaimana semua rahasia itu bisa terjadi.
Entahlah pertemanan begitu kompleks. Rasanya ingin terus bereksperimen dari pengalaman. Hey! jadi penasaran siapa yang akan jadi teman dua dunia saya?