Kenapa kamu harus menyesal? Apakah karena sibuk memaknai cinta? Bukannya kita memang dianjurkan untuk melaksanakan cinta? Kamu setuju kan hidup menjadi indah karena cinta? Lalu kenapa? Apa karena salah memahami apa itu cinta? Jadi harus kemana kamu perlu bertanya tentang cinta? Maka tetiba datang sebuah jawaban, “Lihatlah kalimat Basmallah.” Di mana kata ‘rahman’ dan ‘rahim’ diurutkan menjadi kalimat satu yang senantiasa diucapkan. Seakan memberikan arti, tebarlah kasih sayangmu seluas-seluasnya kata Sang Ar-Rahman. Lalu berikanlah cinta yang lebih dalam kepada yang punya hak untuk dicintai kata Sang Ar-Rahim.

Jadi ternyata itu kunci jawabannya. Cinta itu memang baik. Memang indah. Memang bewarna. Tapi apakah namanya cinta, jika diberikan kepada yang tidak memiliki hak untuk dicintai?

Cinta itu adalah sebuah dialektika. Saat satu sama lain, merendahkan egonya, dan mencurahkan perhatiannya. Maka merugilah jika cinta hanya menjadi iming-iming belaka. Saat satu sama lain, meninggikan egonya, dan menahan perhatiannya.

Cintailah dia karena kemampuannya mencari dan menjaga harta. Cintailah dia karena baik keturunan dan keluarganya. Cintailah dia karena indah dan pesona parasnya. Tapi cintailah dia karena agamanya sebab dia pasti paham siapa yang patut diberikan hak cinta.

Cinta akan menuntunmu dalam keberkahan harta. Cinta akan menghasilkan penghormatan kepada keluarga. Cinta akan menjadikanmu manusia terindah di matanya. Cinta akan melipatgandakan segala bentuk pahala.

Hidup ini memang seakan harus berjalan dengan cinta, tapi tidak semuanya memiliki hak cinta. Karena cinta yang tidak berdialektika bukanlah cinta. Jadi buat apa masih memperjuangkan yang sebenarnya bukan cinta. Maka tebarlah kasih sayang kepada siapapun, tetapi cintailah hanya kepada yang memiliki hak untuk dicintai.

Ref: Dialektika Cinta-Cak Nun (Renungan) – YouTube