2017. Tahun baru, cerita baru.

Tahun baru kali ini tidak dirayakan layaknya waktu itu. Ku telah sadar betapa tidak pentingnya perayaan. Lebih baik bermain dalam mimpi. Tidur dengan baik. Tutup hari-hari di tahun 2016 dengan gelap.

Harusnya, harapan di 2017 sangat besar. Sebab sudah satu setengah tahun lamanya kampus Ganesha ini mengajariku. Namun, hidup kemahasiswaan masih biasa saja. Aktif kepanitiaan ala kadarnya. Karyapun tak kunjung ada. Tentu ini membuatku sengsara. Terlebih kondisi di Indonesia akhir-akhir ini sangat nestapa. Akhirnya, langit kamar kos telah menjadi saksi. Seorang anak muda bertengkar dengan pikirannya tentang hidup. Maknanya dari hidup. Perannya dalam hidup.

“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 56)

Aku diciptakan untuk beribadah, dan kini ibadahku masih sebatas menegakkan lima pilar. Padahal, banyak hal di luar sana yang disebut beribadah dalam mencari ridho-Nya. Salah satunya adalah dengan bertanggung jawab dengan amanah sebagai warga negara Indonesia.

Tulisanku mulai ngaur dan tidak jelas apa yang sedang dibicarakan. Sebenarnya aku sedang pusing dan hanya mau melampiaskan semuanya, jadi biarlah aku terus membeberkan kata-kata ini.

Ku rasa, ilmu agamaku minim sekali. Tapi, sifat tolerirku cukup tinggi. Tak jarang perintah dari ulama dan orang tua kulanggar karena beranggapan aku cukup pintar dalam mentolerir orang lain. Tetapi selalu saja, sesuatu muncul di lubuk hati. Suatu perasaan bahwa “Mungkinkah aku seperti ini karena aku tidak paham akan ilmu agamanya? Agamaku kan adalah agama yang sempurna. Itu udah janji Tuhan. Kenapa ku merasa lebih-lebih?”

Akhirnya aku menghindar segalanya, dan lelah.

~~

Itu tulisanku.
Itu janjiku. Untuk bisa lebih memaknai peran hidup baru.
Itu pertengaranku. Untuk bisa berdamai dengan kondisi saat itu.

Dan kini terlihat. Dari apa yang telah tertulis kemarin-kemarin, 1 Dasawarsa hingga tahun lalu. Betapa beruntungnya ku dapat mempelajari banyak ilmu kehidupan dalam agama. Ilmu kehidupan yang membuatmu tidak menampakan kesedihan ke orang lain. Ilmu kehidupan yang membuatmu lebih suka mengalah. Ilmu kehidupan yang membuatmu senantiasa ingin merasa dekat dengan-Nya. Ku berharap Dia telah menunjukkanku ilmu karena Dia telah mencintaiku.