Juli tahun ini, sebuah perayaan wisuda teman dan adik kita dilangsungkan. Seketika mengembalikan kenangan rasa yang pernah bergejolak sekian tahun lalu. Di saat rasa puas, bahagia, dan segala hal lainnya memenuhi penjuru diri, menjadikan hari itu memang sangat ‘spesial’.

Semalam setelah hari spesial itu, saya sempat termenung ”mengapa orang-orang dan kampus ini telah baik sekali?” Selama hampir genap 4 tahun, mereka silih berganti mengisi kekurangan saya–ilmu, karakter, pertemanan, dan tidak terkecuali finansial berupa support beasiswa.

Denyut nadi pun kemudian memanggil untuk bisa membalas budi ke almamater. ”Saya harus bisa memberi beasiswa ke adik-adik di kampus”, kurang lebih begitu kata hati saat bercita-cita. Tapi tentu tak semudah itu ferguso, memberikan beasiswa tepat sasaran itu membutuhkan biaya yang besar dan pengelolaan yang baik. Mana mungkin saya bisa lakukan itu semua setelah saya lulus kuliah.

Namun, sebagaimana proses meniti kesuksesan dalam karir, berbuat baik seperti memberikan beasiswa juga bisa dilakukan perlahan dan dicicil. Sebab jika saya harus menunggu sampai ‘bergelimang harta dan siap memberi’ maka bisa dikatakan cita-cita mulia di atas kemungkinan besar akan terkubur tak terwujud. Hingga akhirnya, suara berisik di otak bersepakat bahwa saya harus mulai cita-cita memberikan beasiswa ini sejak sekarang, dengan cara apapun yang tentu bisa menuntun ke arti kebermanfaatan dalam hidup.

Begitulah salah satu kontemplasi seseorang yang baru saja merayakan kelulusan. Apakah kamu pernah merasa hal yang sama? atau coba tanya ke diri kalian sendiri ”Apakah saya pernah bercita-cita memberikan beasiswa?” Jika ya, maka merasa beruntunglah! Sebab, sebagaimananya saya, yang bersyukur sekali saat tau semua cita-cita tersebut bisa diwujudkan perlahan SECARA BERSAMA-SAMA.

Biar saya perkenalkan, inilah sistem beasiswa berbasis ‘patungan’. Sebuah beasiswa hasil gerakan kolosal yang fokus menjaring orang yang memiliki satu niat ‘memberikan beasiswa’ dan melakukan patungan dengan nominal yang terjangkau tiap bulannya. Dikumpulkan udunan tersebut secara masif, dan diberikan secara inklusif kepada yang membutuhkan tanpa pandang bulu di kelompoknya.

Gerakan ini terasa bagaikan ‘virus’. Informasi model beasiswa ini tidak boleh berhenti di saya, wajib sekali ditularkan ke orang lain, sebab begitulah memang hukum alam dari ‘virus’. Terbukti, dari satu beasiswa yang saya kenal, akhirnya bisa mewujudkan beasiswa-beasiswa lain serupa tanpa merasa tersaingi. Sebab sekali lagi, itulah cara kerja ‘virus’.

Maka melalui tulisan ini, saya ingin mengajak para teman dan adik sekalian yang baru saja merayakan kelulusan, untuk mencoba berkenalan dengan sistem beasiswa ini. Semoga kalian bisa tertular dan tak pernah menyesal akannya.

Nih saya bocorkan, @beasiswaluarbiasa adalah contoh inang virus yang saya kenal. Dengan bangganya, mereka menularkan ini hingga terwujudnya @blb.surakarta , beasiswa @alka.itb dan beasiswa lainnya.

Kabar baik! @beasiswaluarbiasa saat ini sedang membuka pendaftaran donatur untuk berpatungan bersama 600-an donatur lainnya dari alumni muda ITB untuk kemudian diberikan ke ratusan mahasiswa tiap semesternya dengan total nilai lebih dari setengah miliar rupiah! Coba cek di sini https://beasiswaluarbiasa.com/patungan

Luar biasa memang virus ini! Yakin kamu gak mau tertular?