Aneh rasanya saat tidak menulis di pergantian tahun, maka jadilah tulisan ini dibuat mumpung bulan pertama Januari belum berganti.
Aneh juga rasanya saat tau waktu terus bergulir, perlahan menambah umur namun tak bisa dihentikan. Bagi sebagian orang, “umur hanya sebuah angka”. Tapi beda cerita bagi yang selalu diingatkan bahwa hidup manusia itu selalu memiliki tahapan. Mereka terpaksa harus memutarbalikan akal agar tak menyesal di kemudian hari.
Saya sempat bertanya ke salah satu guru saya. Kebetulan beliau sudah menginjak umur 30-an. Angka ini tidak main-main dalam membuat orang berpikir keras dan bahkan insecure.
Pertanyaannya waktu itu adalah: “Akang kan sudah umur 30, kira-kira apa sih yang perlu disiapkan agar di kemudian hari kami bisa lebih siap menyambutnya?”
Beliau ketawa. Mungkin sedikit kesal juga atas pertanyaannya, karena otomatis jadi melabelkan beliau seakan sudah tua. Ya tapi akhirnya dijawab juga. Katanya: “Yang harus disiapkan itu adalah kematangan di empat hal!”
Pertama, Kematangan Finansial. Beliau tidak mau bertele-tele di sini, katanya nanti saja saat ada waktu sesi lebih diskusi. Namun kami yang mendengarkan langsung paham apa maksudnya. Walaupun kami berkumpul atas nama kemanusiaan yang melekat akan nilai kesederhanaan, tapi kewajiban memakmurkan diri sendiri dan keluarga sudah tertanam betul.
Kedua, Kematangan Bersikap. Menurut beliau, saat semakin tua kita akan menghadapi lingkungan yang berbeda. Menjadi diri sendiri sepenuhnya akhirnya menjadi aneh. Beliau menasehati agar kita di sini perlu keteguhan sikap untuk tetap melakukan sesuatu yang dianggap baik. Jangan mudah tergelincir. Tetap sabar dan tetap fokus apa yang menjadi tujuan utama hidup.
Ketiga, Kematangan Berposisi. Beliau mengawali dengan pertanyaan kontemplasi, memang apa posisi apa yang ingin diambil dalam hidup? Jika sudah dapat jawabannya maka berhati-hati lah dalam memilih tempat kerja, tempat hidup, tempat tumbuh, tempat bermanfaat, dan sebagainya. Jangan sampai justru posisi-posisi yang kita ambil menghancurkan mimpi-mimpi. Beliau menambahkan, saat sudah dewasa apalagi saat memegang amanah keluarga, banyak keinginan berposisi yang kerap terbentur. Di sini perlu kedewasaan dan kematangan sejak dini. Jika posisi di atas belum dapat dipegang semua, maka bersabarlah. Jika dapat semua, maka maksimalkanlah. Beliau pun mengakhiri poin ketiga dengan nasihat bahwa kesamaan visi antara suami istri itu menjadi sangat penting. Agar masing-masing tidak memiliki keinginan posisi yang saling menyerang visi keluarga dan supaya tidak dibilang berlebihan dalam berpikir tentunya.
Keempat, Kematangan Kepercayaan. Beliau mengingatkan bahwa tiap orang, terkhususnya teman-teman kita, telah mempunyai jalannya masing-masing. Di zaman digital ini, kehidupan orang lain akan sangat mudah diketahui dan ditampilkan. Maka nasihatnya adalah jangan pernah terpengaruh sama orang lain. Umur 30 itu akan menjadi umur suksesnya banyak orang, tapi bisa juga umur awal mula suksesnya banyak orang, atau bahkan titik jatuhnya orang. Saya pun sangat sepakat saat beliau mengatakan bahwa kekayaan dan kemiskinan itu sebenarnya sama-sama ujian, tidak ada yang dimuliakan, tidak ada yang dihinakan. Kedua kondisi di atas bukan untuk dibanding-bandingkan. Justru keduanya dinilai atas niat dan aksi yang kita lakukan setelahnya saat berada di kondisi itu.
Selesai sudah. Itu jawaban beliau atas pertanyaan saya. Asik juga bisa jadi satu tulisan. Semoga setelah dibuatnya tulisan ini, sisa-sisa waktu menuju 30 tahunnya bisa dihadapi lebih tenang. Semoga bisa jadi pengingat untuk terus menjalin silaturahmi dengan orang-orang baik. Aamiin? Aamiin!