Masih tahun 2019, tapi Hari itu terasa seperti akan datang dalam waktu dekat. Ini bukan tentang sesuatu yang patut diremehkan, bukan juga yang patut ditakutkan. Hari itu akan menjadi sebuah checkpointbagi sebagian orang yang bermimpi besar. Banyak hal yang tadinya diharamkan maka akan menjadi halal. Bahkan bisa menjadi ibadah! Sehingga jerit tangis setan akan terdengar di seluruh penjuru alam.

Mitsaqan Ghalidhah, sebut Allah SWT. Artinya adalah perjanjian yang sangat berat. Kata tersebut dalam Quran digunakan hanya tiga kali. Satu digunakan pada perjanjian antara Allah SWT dengan Bani Israil. Dua, Allah SWT dengan Rasulnya. Ketiga, Allah SWT dengan hambanya yang menyatakan hubungan suci pernikahan.

Ya, menikah, aku akan membicarakan itu.

~~

Tak dengannya harus ikhlas melepaskan kelebihan dia.
Ya dengannya harus ikhlas menerima kekurangan dia.

Loh semua ini tentang Ikhlas?

Kalimat itu tiba-tiba muncul aja di pikiran. Kedengarannya receh, tapi diri ini merasa berprestasi bisa sampai berkesimpulan kesana. Wajar, menikah harus dipersiapkan maka udah wajib untuk mulai banyak berkontemplasi, sembari tentunya menuntut ilmu ke yang hendak membagikan. Apalagi untuk kita-kita, mahasiswa tingkat akhir, yang kadang suka tiba-tiba kebelet haha.

Jadi begini, beberapa minggu terakhir ada aja kebaikan Allah yang terus datang. Dan yang paling disyukuri salah satunya adalah ilmu-Nya terkait pernikahan ini. Seumur hidup baru menyadari betapa kerennya makna di balik pernikahan. Bahkan Islam mengajarkannya dengan jelas dan gak nanggung-nanggung. Mari kita mulai lagi dengan melihat bahwa Allah SWT menyetarakan menikah dengan Mitsaqan Ghalidhah—sebuah perjanjian yang sangat berat. Di situ seakan sedang ditekankan, bahwa nikah itu gak main-main bruh. Ada banyak sekali yang perlu disiapkan sebelumnya.

Kalau kata mas Bayu, kakak Baktinusa yang baru saja menikah, ada 4 hal minimal yang perlu disiapkan; Satu Rukhiyah atau ibadah. Dua Fikriyah atau ilmu. Tiga Jassadiyah atau fisik. Terakhir Maliyah atau keuangan. Tapi aku juga tertarik dengan pendapat yang lain, bahwasannya satu modal terpenting yang perlu disiapkan sebelum menikah adalah : Rasa Ikhlas. Bayangkan saja, sebelum kita diciptakan ke Bumi ini, jodoh kita sudah tertulis di Lauh Mafuz. “Jodoh fulan adalah anak suaminya teman adik sepupu ibu kosannya yang tertukar” nah loh udah kayak judul sinetron. Intinya rasa ikhlas ini diperlukan untuk menyiarkan dan mengimani keagungan Allah terkait takdir jodoh. Karena bisa saja kita merasa pasangan kita tidak seperti hasil dari ikhtiar kita, sehingga akhirnya berujung kecewa berlebihan. Padahal, percayalah Allah SWT adalah Perencana Yang Terbaik. Kali aja kita diberi pasangan yang punya kekurangan tapi justru itu akan menjadi ladang pahala yang besar. Lagipula jodoh itu kan bukan harus dikejar, tetapi harus diterima. “Saya terima nikahnya si fulan bin fulan…” hehe jadi katanya harus ikhlas.

Tak berhenti di sana, pernikahan islami ternyata memiliki tujuan salah duanya untuk menjaga kesucian keturunan dan membentuk peradaban yang luar biasa. Kalau kata Adriano Rusfi as known as Bang Aad, menikah itu mendekatkan kita dengan Khairu Ummah. Kuntum khairu ummah: kaderisasi peradaban. Beliau bercerita seperti ini :

Dalam surat Ali Imran ayat 110, Allah SWT berfirman, “Kuntum khairu ummah! Jadilah kalian umat terbaik!” Allah tidak menyebutkan antum khairu ummah (kalianlah umat terbaik), namun kuntum, jadilah kalian. Ini menunjukkan diperlukan proses agar umat Islam bisa menjadi umat terbaik.  Untuk menjadi umat terbaik, anak-anak perlu dididik, dibina, dan dikader di rumah. Ada proses takwin—pembentukan—untuk menjadi khairu ummah, yaitu diawali dengan menikah.

~~

Bulan Januari kemarin, Indonesia baru saja kehilangan seorang tokoh besar. Almarhum adalah Eka Tjipta Widjaja, yang mempunyai kerajaan Sinarmas itu. Aku baca cerita detailnya dari blog pak Dahlan Iskan, di disway.id. Abah Dahlan bercerita bagaimana pak Eka jatuh bangun mendirikan usahanya. Lalu memutuskan mulai berkeluarga, lalu usahanya semakin besar, dan akhirnya meninggalkan dunia dengan menyisakan putra-putri yang hampir semuanya kini adalah pengusaha top dunia. Salah satu kalimat pak Eka yang membuat anak-anaknya terharu bangga adalah “Singa tidak akan melahirkan anak anjing!” Di awal baca kalimat itu, memang sulit dimengerti. Tapi ternyata oh ternyata, ada sebuah ilmu yang luar biasa penting dari kalimat itu dan baru saja ku dipahami karena Bang Aad.

Bang Aad pernah bercerita :

Kita perlu merumuskan visi agar keluarga kita memiliki Family Dream. Laki-laki yang memiliki visi membuat umat memiliki mimpi keumatan. Bahkan, laki-laki yang membuat negara kita memiliki Indonesian Dream. Salah satu kelemahan banyak keluarga adalah tidak memiliki mimpi keluarga. Mimpi yang diwariskan dari seorang ayah kepada anaknya. Lalu anaknya mewariskan lagi kepada cucunya, lalu dilanjutkan ke cicit.

Berbeda dengan keturunan Tionghoa yang mewariskan mimpi kepada anak cucunya.

Ini yang menunjukkan masih betapa individualisnya kita. Bahkan sekarang, kita semakin sering diajarkan oleh psikologi modern untuk memikirkan hidup sendiri-sendiri. Kita didorong supaya mengedepankan passion dan mimpi pribadi. Namun, apakah memang seperti itu ajaran Islam? Dalam Islam, anak adalah ahli waris. Dengan begitu, anak diwariskan oleh ayahnya. Yang diwariskan bukanlah sekadar harta, namun anak mewariskan mimpi dan cita-cita keluarga.

Seekor kuda tidak mungkin lahir dari seekor kera. Ikan tidak mungkin lahir dari katak. Tidak salah kalau seorang ayah ikan berpesan pada anaknya, “Nak, kamu harus meneruskan mimpi ayah. Kamu harus berenang lebih cepat dari ayah.” Aneh jika anaknya membalas, “Maaf, Yah. mimpiku bukan itu. Aku ingin terbang saja.”

Itu ilmu pernikahan yang super keren. Kalau kita memang ingin menjadi umat yang terbaik maka bisa dengan cara menjadi keluarga yang terbaik dalam mission sesuatu. Kata beliau, Keluarga boleh punya berbeda passion, tapi harus punya mission yang sama. Coba ambil contoh Keluarga Subakat. Hayo tebak mereka siapa…? Mereka adalah keluarga pemilik Paragon Innovation. Itu lohh perusahaan kecantikan terbesar di Indonesia. Yang kedatangannya bikin heboh dunia. Yang produk andalannya adalah Wardah, Emina, Make Over, Putri, dll. Yang dikelola oleh seorang ayah, ibu, dan anak keluarga islami dan saling mengisi peran dengan bakat berbeda-beda tapi berlandaskan satu misi yang sama. Lihat betapa menginspirasinya mereka saat ini.

Dalam kata lain salah satu modal terpenting lainnya sebelum menikah adalah pemahaman terkait konsep Visi Misi Keluarga. Dengan merumuskan visi misi dalam keluarga ini, semoga Allah menjadi semakin memudahkan gerak kita dalam membangun peradaban.

~~

Walakin, perlu diingat tugas manusia saat diciptakan adalah tidak hanya untuk beribadah kepada Allah SWT melainkan untuk juga menjadi Khalifah di muka bumi. Artinya kita diamanahkan untuk mengelola bumi dan seisinya dengan sebaik-baiknya. Tentu hal ini ragu dilakukan jika hanya seorang diri. Mungkin ada baiknya kita mulai memikirkan untuk dilakukan berdua, atau mungkin dilakukan oleh satu klan keluarga.

Seperti Keluarga El-Fayed nanti. eh?