Di tengah hari-hari yang penuh dengan berita negatif tentang Indonesia, saya justru menemukan kepercayaan dan optimisme terhadap masa depan Tanah Air saya. Sebenarnya, saya mulai optimis dengan negeri ini sejak saya menuntut ilmu di kampus di Bandung. Namun, kali ini berbeda. Saya terpapar oleh perspektif berbeda, yakni perspektif dari seseorang yang sederhana namun memiliki prinsip kuat bahwa ia harus terus mengasah ilmu pengetahuan dan wawasan, serta menerapkan ilmu tersebut sebagai nilai baru, di berapapun usianya.

Tidak pernah terlintas di benak saya bahwa saya akan sering berbicara dengan beliau—seseorang yang memiliki pengaruh yang tinggi pada negeri ini. Ini bukan hanya soal jabatannya apalagi tingkat ekonominya, tetapi ini soal influence dan legacy. Seakan-akan Allah SWT sedang menjadikan beliau sebagai “guru” bagi saya dalam mengasah diri sebelum melangkah ke tahap kehidupan profesional berikutnya.

Di suatu sore, kami banyak berdiskusi. “Apakah anak laki-laki kerap tumbuh dengan terus memanfaatkan posisi bapaknya?” tanya saya penasaran. “Sebenarnya tidak, baik laki-laki maupun perempuan akan sama saja. Hal seperti itu tergantung dari bagaimana obrolan di meja makan keluarganya. Saat bapaknya adalah Presiden dan berbicara bahwa berpolitik merupakan pengabdian tertinggi dalam bernegara, maka anaknya berpotensi untuk berpikir dan mengikuti jejak yang sama. Namun, jika obrolan di meja makan bahkan tidak ada, besar kemungkinan anak tidak akan pernah berpikiran ke arah sana.”

Obrolan di meja makan. Betul juga, kata saya dalam hati. Selama ini saya sering menganggap bahwa saya sangat mirip dengan orang tua saya, terutama dalam memegang nilai-nilai dan prinsip kehidupan. Ya mungkin itu karena secara tidak sengaja saya sering merekam apa yang disampaikan di meja makan sejak kecil.

Saya jadi terus membayangkan sebuah keluarga yang memiliki tradisi untuk selalu makan malam bersama setiap hari. Di meja makan, orang tua dan anak-anak saling berbicara tentang kegiatan mereka sepanjang hari, tantangan yang mereka alami, serta cerita lucu dan menyenangkan.

Dalam obrolan ini, orang tua dapat bercerita atau memberikan nasihat dan arahan yang tepat kepada anak-anaknya, serta mengajarkan nilai-nilai penting seperti rasa hormat, kesabaran, kerja keras, dan empati. Anak-anak juga dapat merasa nyaman untuk berbicara tentang masalah mereka atau mimpi mereka di depan orang tua mereka, dan orang tua dapat membantu mereka mencari solusi atau memberikan motivasi dan dukungan.

Melalui obrolan seperti ini, anak-anak dapat belajar banyak tentang hidup, membangun kepercayaan diri dan keterampilan sosial, serta merasa dihargai dan didengar oleh keluarga mereka. Hal ini dapat membentuk masa depan anak-anak dengan memberikan fondasi yang kuat untuk hubungan yang sehat dan penuh kasih sayang di keluarga mereka, serta memberikan mereka keterampilan yang diperlukan untuk menjadi orang dewasa yang sukses dan bahagia.

Saya lalu kembali teringat akan cerita beliau yang lain. “Sebenarnya keluarga saya tinggal di Bandung. Saya kerja di Jakarta dari hari Senin sampai Jumat, setelah itu saya pulang ke Bandung. Sebelum sampai rumah, saya selalu mampir ke warung kopi untuk santai sebentar. Tau alasannya?” tanya beliau sebelum lanjut lagi. “Itu untuk menghilangkan stres pekerjaan, mereset pikiran, dan mengisi kembali energi. Kenapa? karena sesampainya di rumah, pasti anak-anak saya yang masih pada kecil itu akan lari nyamperin saya dengan semangat. Mereka langsung minta ingin main bareng, ingin ini, ingin itu. Lalu apakah “aduh Ayah capek, nanti saja ya mainnya.” adalah jawaban yang diharapkan? Ya enggak dong. Saya tentu sambut dengan semangat juga. Saya lakukan agar mereka terus bisa nyaman mengobrol dengan Ayahnya selama bertahun-tahun.”

Dari sana beliau sekedar mengingatkan bahwa pendidikan anak adalah sebuah proses panjang. Proses pendidikan ini harus diiringi dari hubungan hingga di tahap melakukan hal bersama, contohnya sesimpel makan bersama di meja makan sambil mengobrol tadi. Dari sana akan terekam sebuah percakapan yang mungkin akan kuat mengakar hingga tua nanti.

Saat itu, saya semakin sadar betapa pentingnya peran setiap keluarga dalam membentuk masa depan. Tidak hanya mengandalkan sekolah atau negara, namun setiap keluarga harus ikut bertanggung jawab dalam memberikan obrolan yang baik kepada anak-anaknya. Obrolan meja makan adalah salah satu cara yang bisa dilakukan oleh setiap keluarga untuk memberikan pengaruh positif bagi anak-anak mereka.

Ahh jika saja setiap keluarga di Indonesia mampu memperbaiki tradisi obrolan meja makannya, maka saya yakin masa depan bangsa ini akan lebih baik. Anak-anak yang tumbuh dengan pengaruh positif dari keluarganya akan menjadi generasi yang memiliki nilai dan prinsip yang baik terus menurus hingga seluruh keturunan mereka. Dan saya yakin, mereka akan mampu membawa perubahan dan kemajuan bagi negeri ini.