Rabu, 18 Oktober 2017, bersama Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung, aku berkesampatan untuk mengunjungi kantor dan studio NET.tv di Kuningan, Jakarta. Berangkat dari Bandung dengan bus ITB, kami tiba di gedung The East @Mega Kuningan pukul 13:00.

Sebelumnya, biarkan aku cerita dikit tentang ketertarikanku tentang media dan informasi. Sejak kecil, ayahku sudah menyuapi seluruh anak-anaknya dengan the latest technology; internet, kamera webcam, dvd, dan perangkat lunak yang saat itu mungkin jarang dirasakan oleh anak sepantaranku. Aku tumbuh dengan dunia yang sekitarnya selalu ada gawai dan komputer. Kebiasaan mengoprek dan menjelajahi internet akan informasi terbawa akhirnya hingga sekarang. Ditambah, di zaman milenial ini, seakan-akan komunikasi, media, informasi, dan kampanye menjadi hal fundamental kehidupan, serta menjadi senjata untuk melakukan dan mengarahkan orang seperti yang diinginkan. Sesuatu yang menarik yang tidak bisa dilewatkan oleh seorang Fayed, oleh karenanya aku setertarik itu sekarang.

Kalian mungkin akan kaget, sesaat mengetahui bahwa kantor NET.tv berada di sebuah gedung pencakar langit. Tapi kalian pasti akan makin kaget di saat melihat dalamnya. Sebuah kantor dan studio televisi yang dibuat sedemikian rupa untuk mengedapankan estetika, kenyamanan, dan fungsi di tiap sisinya serta orang-orang yang tampil rapih dan kompak dengan seragam anti-mainstream. Tapi di tulisan ini, aku mau cerita tentang NET.tv seperti yang diceritakan pak Dede Apriadi, pemimpin redaksi NET.tv.

Diawali dengan kami semua yang dijamu di ruang rapat eksklusif di sebelah kantor pak Wishnutama dan pak Agus Lasmono. Mereka adalah pendiri dari media ini. Awalnya pembicaraan kami dengan si pak Dede masih ringan-ringan tetapi setelah masuk sesi tanya jawab, kunjungan kali ini menjadi tidak sia-sia. Aku bertanya bagaimana NET.tv sebagai media baru dapat mengambil pasar televisi anak muda sekarang dan bagaimana sejarah pendiriannya.

Pak Dede bercerita bahwa sewaktu itu Pak Tama, panggilan dari pak Wishnutama, memiliki sebuah kegelisahan saat bekerja di Trans.tv. Pak Tama merasa pertelevisian di Indonesia masih sangat mengandalkan profit yang tinggi tanpa menghiraukan dampak dari siarannya. Semakin kesini dia berpikir bahwa acara-acara di TV sangat tidak baik untuk ditonton generasi muda zaman milenial. Dia tidak ingin melemahkan mental Bangsa Indonesia melalui program-programnya. Tetapi dia tidak dapat mewujudkan keinginannya di Trans.tv, karena sepertinya Trans.tv masih nyaman dengan tipe-tipe programnya yang mengandalkan cacian terhadap seseorang, gosip, berita-berita lebay, dan lainnya untuk menarik penonton dan meningkatkan rating Nielsennya (acuan perusahaan di saat ingin iklan ke stasiun televisi). Akhirnya Pak Tama mundur dari Trans.tv bersama rekannya pak Agus Lasmono.

Singkat cerita, pada tahun 2013, pak Tama, pak Agus, dan pak Dede ini bertemu dan membicarakan untuk pembentukan sebuah media baru. Mereka membawa ideologi bahwa konten yang baik itu lebih penting daripada rating yang tinggi. Akhirnya terbentuklah NET.tv dengan slogannya “Revolusi Media”.

Pak Tama, pak Agus, dan pak Dede ingin merevolusi media di Indonesia terutama di bidang televisi dengan membawa tiga poin utama; fisik, teknologi, dan semangat. Fisik dengan membuat konten program yang selayak-layaknya ditonton oleh anak kecil tetapi tetap digemari pemuda 17-35 tahun. Teknologi dengan menjadi inisiator stasiun televisi yang berkualitas HD. Serta semangat untuk membentuk orang Indonesia yang ambisius, peduli, pintar, berpikiran luas, dan tidak hanya tertarik akan perselingkuhan dan kehidupan seorang selebritis. Mereka merasa sebenarnya stasiun televisi di Indonesia bisa berevolusi sejak dahulu, tetapi seakan-akan stasiun tv ini kompak untuk tidak dan tetap mengedepankan rating Nielsen untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya.

Pak Agus yang waktu itu juga sering berkomunikasi dengan pak Anies dan menjadi donatur tetap Indonesia Mengajar, menginginkan orang-orang yang suka mengabdi untuk dibuatkan program tv tersendiri. Hal ini dilakukan agar pemuda-pemuda di Indonesia terinspirasi untuk berbuat dan kembali ke masyarakat. Akhirnya terbentuklah program Lentera Indonesia di NET.tv.

Pak Tama yang ingin meningkatkan citra polisi dan TNI, akhirnya diwujudkan dengan program 86 serta Garuda. Pak Tama juga menganggap gosip itu haram dan tidak ada faedahnya, akhirnya di NET.tv tidak boleh ada pemberitaan buruk seseorang serta yang berbau gossip.

Ideologi yang dipegang teguh oleh pak Tama, pak Agus, dan pak Dede sangat berdampak ke karyawan-karyawannya. pak Dede mengatakan bahwa banyak kru NET.tv yang akhirnya terjun untuk menjadi bagian dari Indonesia Mengajar serta program lainnya untuk memajukan Indonesia. Termasuk diriku yang akhirnya memiliki motivasi tersendiri untuk memulai sebuah gerakan media.

Tahun kemarin, NET.tv membuat kampanye GoodPeople. Sebuah kampanye untuk menarik orang baik untuk menularkan kebaikannya ke orang lain dan menunjukkan bahwa Indonesia masih banyak orang-orang baik kepada orang yang sudah pesimis akan negeri ini. Ternyata, kampanye ini masih terus berlanjut hingga akhirnya terbentuk komunitas GoodPeople (http://goodpeople.netmedia.co.id/).

Pembawaan NET.tv ini ternyata sangat diterima oleh anak-anak muda Indonesia, terutama di kota besar. pak Dede pun mengatakan kalau penonton NET.tv adalah pemuda yang berkelas middle-high (berpendidikan) dan hampir jarang menyentuh ke orang-orang low-middle. Dia menganggap pemuda berpendidikan sudah bisa memilah lebih jauh apa yang seharusnya mereka tonton sedangkan kebanyakan daerah Indonesia lainnya masih lebih senang menonton yang berbau cacimaki dan sejenisnya. Tanpa mengurangi rasa hormat ke semuanya, tapi aku setuju akan perkataannya.

~~

Memang, pengalaman melihat kantor dan studio NET.tv ini sangat menarik, tetapi mendengarkan cerita dari pemimpin redaksinya langsung yang hanya berjarak 1 meter dariku menjadi kesan tersendiri.

Serta, terlepas dari kebenaran yang disampaikan, kesalahan ceritaku, kesotoyan pendapatku, semoga ini tetap bisa menjadi pembelajaran yang menarik. Terus jadilah GoodPeople NET.tv dan tetap menginspirasi!

Bandung, 19 Oktober 2017

 

Fayed, Pemimpi Tapi Tidur