Andai ada yang bertanya, “Negara luar mana yang kamu ingin kunjungi selain untuk ibadah Haji? jelaskan juga alasannya!”
Jawabannya akan, “Vietnam, sesimpel dengan alasan karena saya ingin menyaksikan sebuah negara miskin yang sedang bebenah dengan ulet sebelum menjadi negara maju.”
Tidak ada alasan bertele-tele karena ingin liburan ini itu atau apapun. Saya hanya ingin melihat secara langsung bagaimana kondisi negaranya pada masa sekarang, sebelum kelak menjadi The Next-South Korea. Iya Korea Selatan, negara termiskin di dunia akibat perang pada masanya, lalu bergotong-royong membangun setelah merdeka.
Walaupun saat itu kondisi sumber daya sangat terbatas, banyak Kepala Desa yang tetap berlomba-lomba membangun wilayahnya menjadi yang terbaik, tapi tidak dengan saling menjatuhkan, justru dengan saling menginspirasi. Lalu dari pembangunan itu, manusia-manusianya berkembang menjadi manusia berkeahlian. Tumbuh dengan rasa optimisme dan etos kerja keras demi masa depan yang lebih baik . Ekonomi berputar sangat kencang. Asing yang membantu investasi sangat puas. Warga lokal yang dibantu pun semakin percaya diri. Kemudian hal ini mendunia dengan nama program yang legendaris itu, yaitu Saemaul Undong.
Sebelum beralih memilih Vietnam, sebenarnya saya dulu ingin pergi ke Tiongkok. Tepatnya setelah membaca cerita Presiden Deng Xiaoping yang fenomenal itu–membuat kawasan ekonomi khusus perdagangan di kampung pesisir . Juga saat Presiden Hu Jintao mulai turun dan digantikan Presiden Xi Jinping, tahun 2012 silam. Bagaimana tidak, Tiongkok sudah terang-terangan mulai menunjukkan taringnya waktu itu. Kota Hong Kong yang sudah diberikan oleh Kerajaan Inggris semakin berjaya dengan segala pencakar langit dan reklamasi pelabuhan barunya. Kota Shenzhen, yang dahulu hanya desa nelayan, disulap dalam 10 tahun menjadi kota pusat perkembangan teknologi. Kota Guangzhou, Kota Shanghai, Kota Chongqing, Kota Wuhan, Kota Nanjing, Kota Tianjin dan kota lainnya semakin berdiri dengan visi pembangunannya yang bikin geleng-geleng kepala. Saat itu saya ingin segera kesana, tapi sayangnya belum bisa, mungkin harus bersabar menabung beberapa tahun dulu. Eh sayangnya tidak hanya waktu yang berjalan sangat cepat, tapi ternyata perkembangan Tiongkok pun juga begitu. Jadi kini sudah terlambat, tidak bisa lagi menjadi saksi masa transisi itu, Tiongkok sudah terlalu maju.
Berbicara tentang berkembangnya suatu negara, saya juga takjub dengan Uni-Emirat Arab. Tepatnya dengan Kota Dubai. Tepatnya lagi dengan pemimpin pertamanya. Jadi sebelum Uni-Emirat Arab menjadi negara, mereka hanyalah beberapa kerajaan kecil (emirat) di pesisir teluk. Lalu hadirlah sosok pemersatu yang kemudian menjadi pemimpin bagi negara baru itu, dialah Sheikh Zayed.
Jangan bayangkan Dubai sudah sekaya seperti sekarang. Dulu kota itu hanyalah kota persinggahan untuk berdagang. Miskin nan gersang. Sampai akhirnya disadari bahwa negaranya punya banyak cadangan minyak. Syekh Zayed menjelaskan kepada masyarakatnya bahwa minyak ini tentu dapat membuat negara ini kaya raya, jadi sudah sepatutnya harus bijak dalam memanfaatkannya. Dia lalu memprioritaskan menggunakan uang hasil minyak itu untuk membangun kualitas manusia dan infrastruktur manufakturnya. Setelah ditimpa rezeki minyak di tahun 1950an, selanjutnya negara ini ditimpa rezeki manufucture boom di tahun 1970an, lalu ditimpa rezeki industrial boom di tahun 1990an, lalu sekarang ditimpa rezeki tourism boom di tahun 2000an. Negara ini seakan-akan selalu diberkahi, mungkin karena pemimpinnya seluar biasa itu. Hingga-hingga kalimat yang paling terkenal dari mulut Syekh Zayed adalah “Kekayaan sejati adalah kerja keras yang bermanfaat bagi orang dan masyarakat. Itu abadi dan membentuk nilai manusia dan bangsa.”
Ah memang betul, dunia ini memang diciptakan penuh keberagaman. Selain untuk saling mengenal, karena memang untuk diuji siapa yang paling bijak dan paling ‘mensyukuri’ dari apa yang diberikan-Nya. Seperti yang disampaikan Allah kepada Rasul-Nya, saat peperangan fisik mulai berhenti, dan dilanjutkan dengan ‘peperangan’ yang lain…
“…Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” (QS. Al Maidah:48)